Sleman – Peran perempuan di masa kini tak bisa lepas dari rintisan pejuang perempuan seperti yang dilakukan RA. Kartini. Sepanjang hidup RA Kartini terus memperjuangkan emansipasi persamaan hak perempuan di Indonesia. Hari Kartini diperingati setiap 21 April, sesuai dengan hari lahir Raden Ajeng Kartini pada 21 April 1879. Saat ini peran terhadap perempuan di berbagai aspek kehidupan selalu dikaitkan dengan perjuangan RA Kartini, 140 tahun lalu. Ketika berbicara literasi perempuan Indonesia tidak akan lepas dari sosoknya pelopor emansipasi dan feminisme Indonesia. Semangat perjuangannya masih tetap relevan untuk era sekarang di mana sudah terjadi transformasi digital.
Dalam rangka memperingati Hari Kartini, Prodi Psikologi Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (FES UNJAYA) menggelar Webinar Kartini Empowerment dengan mengusung tema “Woman, Leadership, and Parenting” secara daring melalui Zoom Meeting yang dihadiri 171 peserta pada Sabtu, 23 April 2022. Pada kesempatan ini sebagai narasumber adalah Kepala Pusat Psikologi TNI, Laksamana Muda TNI Dr. Wiwin Dwi Handayani, M.Psi., Psikolog.
Acara diawali dengan sambutan pengantar oleh Dekan FES UNJAYA Edhy Tri Cahyono, S.Si., M.M. yang intinya memberikan apresiasi dan support atas terlenggaranya even ini. Beliau sampaikan Kartini adalah sosok istimewa, perjalanan hidupnya layak untuk untuk terus dikaji dan dijadikan inspirasi untuk keteladanan generasi muda hari ini.
Laksamana Muda TNI Dr. Wiwin Dwi Handayani, M.Psi., Psikolog. sebagai narasumber dalam paparannya menyampaikan bahwa berbagai tantangan dihadapi perempuan ketika menduduki posisi sebagai pemimpin. Pertama perempuan dianggap kurang percaya diri, kurang berani, dan tidak memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki ketika ada di posisi pimpinan. Akan tetapi pada dasarnya, posisi pemimpin itu bukan hanya milik laki-laki. Tantangan lainnya yaitu membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.
Ketika perempuan memimpin cenderung mengembangkan gaya kepemimpinan transformasional, dimana perempuan cenderung menggunakan karisma dan antusiasme untuk mempengaruhi pengikutnya. Selain itu, mengutip survey dari PEW Research Center perempuan lebih teratur, terorganisir, dan membangun hubungan yang hangat atau kasih sayang dalam penyelesaian tugas.
Disampaikan juga seorang perempuan merupakan pengasuh terbaik bagi anaknya yang dimulai dari kelahiran anaknya hingga anak beranjak remaja. Sosok ibu juga berperan dalam memenuhi kebutuhan emosi dan jasmani anak, serta pelindung bagi anaknya. Agar anak merasa aman, para ibu harus membangun kestabilan suasana dengan menciptakan atmosfer positif bagi anaknya. Ketika sang ibu mendirikan pondasi yang edukatif sejak kecil, anak belajar membangun relasi dengan anggota keluarganya di rumah.